Kadapat adalah proyek musik dari Yogi dan Barga yang berbasis di Bali. Kadapat menggunakan ilmu putih/hitam Bali sebagai spirit dalam eksperimen musik elektronik-gamelan dengan tujuan menyampaikan tradisi dan legenda urban.

Berkenalan dengan Kadapat berarti bertemu dengan anak muda milenial dari suburban Bali yang ditempa oleh gamelan beserta tradisinya sejak usia muda. Tak hanya mumpuni secara teknis, Yogi dan Braga juga memainkan gamelan untuk upacara-upacara tradisi dan keagamaan di Banjar, sebuah komunitas masyarakat yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan. Mereka berdua sangat intens bergumul dengan norma-norma tradisi yang konservatif dan kosmologinya yang transendental. Sebagai entitas milenial, mereka juga akrab dengan budaya urban, teknologi, dan kosmopolitanisme Bali. Identitas hibrida ini semakin kompleks saat mereka mendalami dimensi pendidikan seni formal dengan sistem pedagogi barat.

Ribuan unsur-unsur tersebut terwujud dalam karya musik Kadapat di album ini. Ia berkelindan dalam jaringan yang saling mencerap dan mencibir. Setiap elemen dan teksturnya bersuara konsensual, namun tak jarang masing-masing menyeruak secara mandiri mencoba menunjukkan eksistensinya. Secara utuh komposisi dalam album ini memiliki nyali politis. Imajinasi radikal yang diekspresikan dalam kondisi yang rumit bagi mereka: adat istiadat. Eksperimentasi adalah upaya uji coba. Apakah menguji pertunjukan Kadapat di Banjar, di kampus seni, di klab gorong-gorong, di beach party, di festival musik metal, atau di acara kawinan akan menimbulkan polemik? Tidak ada salahnya untuk dicoba. We just need to talk. — Wok The Rock


//

Kadapat is a music project by Yogi and Barga and based in Bali, Indonesia. Using Balinese white/black magic as a spirit in experimental electronic-gamelan music with the aim of conveying traditions and urban legend.

Getting to know Kadapat means meeting millennial youth from the suburbs of Bali who were taught gamelan and its traditions from a young age. Not only technically skilled, they also performs gamelan for traditional and religious ceremonies in Banjar, a neighborhood authorized to regulate and manage the community, based on local tradition and manners. They're intensely dealing with the conservative norms and its transcendental cosmology. As millennial entities, they are also embeded in urban culture, technology, and Balinese cosmopolitanism. These hybrid identities become increasingly complex when they experience the dimensions of formal art education with a western pedagogical system.

These elements are embodied in Kadapat's works on this album. It is intertwined in a network of perceiving and sneering. Each element and texture has a consensual sound, but in some ways are frequently emerges independently trying to show its existence. Overall, the compositions in this album sound political. Radical imaginations are expressed in intricate conditions for them: the local mores. Experimentation is a trial effort. Will testing Kadapat's performances in Banjar, on an art school, at underground club, at a beach party, at a metal music festival, or at a wedding event cause a polemic? It's worth a try. We just need to talk. — Wok The Rock



Kadapat is :
I Gede Yogi Sukawiadnyana & I Gusti Nyoman Barga Sastrawadi